tabloidrakyat.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meneken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
Dilansir dari salinan lembaran Perpres yang diunggah di situs resmi Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Sekretariat Negara. Jokowi meneken aturan tersebut pada Rabu (8/5/2024).
Dalam Pasal 52 Pepres tersebut diatur mengenai 21 pelayanan kesehatan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan, yakni:
1. Pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang meliputi rujukan atas permintaan sendiri dan pelayanan kesehatan lain yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat.
3. Pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja yang telah dijamin program jaminan kecelakaan kerja atau menjadi tanggungan pemberi kerja.
4. Pelayanan kesehatan yang jaminan pertanggungannya diberikan oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai atau ketentuan yang ditanggung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan diberikan sesuai hak kelas rawat peserta.
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik.
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas.
8. Pelayanan meratakan gigi atau ortodonsi.
9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/ atau alkohol.
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.
11. Pengobatan komplementer, alternatif, dan tradisional yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan.
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan atau eksperimen.
13. Alat dan obat kontrasepsi serta kosmetik.
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga.
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah.
16. Pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah.
17. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dalam rangka bakti sosial.
18. Pelayanan kesehatan akibat tindak pidana penganiayaan, kekerasan seksual, korban terorisme, dan tindak pidana perdagangan orang yang telah dijamin melalui skema pendanaan lain yang dilaksanakan kementerian/lembaga atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
19. Pelayanan kesehatan tertentu yang berkaitan dengan Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
20. Pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.
21. Pelayanan yang sudah ditanggung dalam program lain.
sumber : cakaplah
Dahsyat ! Warga Tumpah Ruah Ikuti Senam Sehat Bersama Cagubri Berwarah.
Jelang Pilkada, Ketua MUI Riau Ingatkan Pentingnya Menjaga Persatuan
Tokoh Adat Se Kuansing Setuju UAS Mengarahkan Umat Soal Dukungan Pilkada
SYAMSUAR : Kita Dukung dan Pilih Dulu Abdul Wahid Jadi Gubernu, Baru Minta Bantu
Mengejutkan! Vina Anggi Sitorus Putuskan Mundur dari Miss Universe Indonesia 2024, Simak Penjelasannya
Puluhan Kerbau Mati Mendadak di Kampar Kiri Hilir, Dinas PKH Riau Turunkan Tim
Akta Cerainya Diduga Palsu, Janda di Rohil Batal Nikah Lagi dengan Pria Pujaan Hati
Cabuli Siswi Magang, Sekretaris Dinas Pariwisata Diberhentikan
Jadwal Liga Inggris Malam Ini Mainkan Tujuh Laga
Diduga Putus Cinta dan Gagal Nikah, Warga Pulau Jambu Nekat Gantung Diri di Jendela Kamar
Heboh! Seorang Nenek di Kampar Ditemukan Tewas di Tepi Sawah, Kalung dan Emas Hilang
Kabar Baik! Pekan Kedua Ramadan, Harga TBS Sawit Riau Naik
THR PNS, TNI/Polri Hingga Pensiunan Akan Cair Hari Ini
Dahsyat ! Warga Tumpah Ruah Ikuti Senam Sehat Bersama Cagubri Berwarah.
Jelang Pilkada, Ketua MUI Riau Ingatkan Pentingnya Menjaga Persatuan
Akhir Pekan, Riau Masih Berpotensi Diguyur Hujan
Tokoh Adat Se Kuansing Setuju UAS Mengarahkan Umat Soal Dukungan Pilkada