Minggu, 13 Oktober 2024

Breaking News

  • Abdul Wahid Pulang ke Inhil, Ribuan Warga Ikut Ramaikan Senam Sehat Fermadani - Bermarwah   ●   
  • Pemko Pekanbaru Klaim Kawasan Kuliner Cut Nyak Dien Lebih Tertata   ●   
  • Pelantikan Pimpinan DPRD Riau Masih Menunggu SK Kemendagri   ●   
  • THL di Setwan DPRD Riau Punya Tas Senilai Rp87 Juta dan Sandal Rp21 Juta   ●   
  • Sempena HUT Kuansing Ke-25, Sentajo Raya Boyong Lima Penghargaan   ●   
Tahun 2024 Diprediksi Akan Terjadi 4 Gerhana di Indonesia, Ini tanggalnya
Minggu 28 Januari 2024, 10:18 WIB

(TABLOIDRAKYAT)- Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sirril Wafa menyampaikan, dalam Islam, peristiwa gerhana baik bulan maupun matahari tidaklah berkaitan dengan munculnya atau menjadi tanda akan terjadinya sesuatu di bumi.
 
"Demikianlah wanti-wanti Nabi Muhammad SAW yang dengan tegas mengatakan bahwa kedua peristiwa itu (gerhana Bulan dan Matahari) tidak terjadi lantaran hidup atau matinya seseorang," kata ahli falak Nahdlatul Ulama itu, dilansir Republika.co.id, Ahad (28/01/2024).
 
Pesan tersebut, lanjut Sirril, cukup untuk menunjukkan bahwa umat Muslim tidak diperkenankan mengaitkan adanya peristiwa gerhana sebagai bahan prediksi untuk meramal.
 
Artinya, kalau kemudian orang mencatat dari waktu ke waktu dengan menandai adanya peristiwa gerhana kemudian terjadi peristiwa besar atau yang fenomenal, maka itu bukan merupakan sebab-akibat.
 
"Mempercayai hal tersebut dalam konteks sebab-akibat akan merusak akidah. Terjadinya peristiwa gerhana adalah merupakan peristiwa biasa, sebagimana halnya terbit dan terbenamnya matahari di ufuk," tuturnya.
 
Karena itu, Sirril mengungkapkan, bisa diperhitungkan dengan cermat kapan, di mana berapa lamanya peristiwa gerhana dengan cukup presisi. "Bedanya, kalau terbit terbenamnya matahari terjadi setiap hari, kalau gerhana tidak," ujarnya.
 
Dia menjelaskan, secara astronomi, peristiwa gerhana akan terjadi ketika matahari dan bulan berada pada bujur ekliptika yang sama. Kalau nilainya sama persisi maka akan terjadi gerhana total atau cincin (annular). Jika bergeser dari titik tengahnya, maka akan terjadi gerhana partial, bahkan hanya penumbral.
 
Adapun untuk tahun 2024 ini, diprediksi akan terjadi dua gerhana bulan. Gerhana bulan pertama diprediksi terjadi pada 25 Maret 2024. Namun menurut Sirril, tipe gerhananya penumbral dan tidak bisa disaksikan di Indonesia.
 
"Penumbral itu lingkaran wajah bulan tidak terkikis sebagaimana lazimnya gerhana yang sering kita saksikan. Namun lingkaran wajah bulan hanya terkena bayangan semu bumi. Yang tampak saat terjadinya gerhana penumbra itu, bahwa bulan akan tampak relatif redup, tapi lingkarannya masih utuh," ujarnya.
 
Gerhana bulan yang kedua diprediksi akan terjadi pada 18 September 2024 dengan tipe parsial, yakni gerhana bulan sebagian. "Ini juga tidak bisa disaksikan di wilayah Indonesia. Gerhana akan melewati wilayah Amerika, Eropa dan Afrika," kata Sirril.
 
Sedangkan gerhana matahari, diprediksi akan terjadi dua kali pada 2024. "Ini juga tidak bisa disaksikan di Indonesia. Yang pertama diprediksi tanggal 8 April 2024, tipenya di sebagian wilayah akan tampak total yang melewati antara lain Meksiko, dan Kanada. Di tempat lain ada yang bertipe penumbral," jelasnya.
 
Gerhana matahari yang kedua diprediksi terjadi tanggal 2 Oktober 2024, tipenya Annular (gerhana matahari cincin). Antara lain akan terlhat di Argentina," paparnya.**
 
Sumber: Cakaplah.com



Untuk saran dan pemberian informasi kepada tabloidrakyat.com, silakan kontak ke email: tabloidrakyat@yahoo.com


Komentar Anda


Copyright © 2023 Tabloidrakyat.com - All Rights Reserved
Scroll to top